Galau hati ?

Adalah sebuah ruang yang letaknya jauh di lubuk raga. Tak sulit menemukannya bagi kamu, hai pendulang rasa. Kamu hanya butuh seutas pembuluh, yang konon katanya -- itulah gerbang kehidupan. Auranya bening tapi penuh misteri. Hanya pemilik rasa sejatilah yang berhak tahu jalan masuknya.

Masih dengan ruang yang sama, yang ukurannya pun tak lebih dari sekepal genggaman -- tak seluas petak tapak tangan. Kasat mata, volumenya nampak tak seberapa. Tapi, bukannya ia tak berpenghuni. Ia bahkan mampu menampung jutaan rasa yang kian meletup, sepanjang itu tak berbendung -- selama pemilik rasa itu, kerapkali mengundang rasa.

Ruang hati, demikian ia dikenal -- tempat berteduh sekumpulan rasa.

Kamu, para Pemilik rasa -- tak perlu terlampau resah, bila sewaktu-waktu tumpukan rasa itu kembali bernostalgia. Bisa saja mereka bersua lewat reuni mendadak-- yang seringkali datangnya tak perlu undangan. Bisa saja secara tiba-tiba, ketika mereka saling berpapasan di ujung jalan kenangan -- ataukah ketika sang jemari mengajak hati, menarik kembali helai demi helai lembaran hitam putih -- di album tua itu.

Selagi intensitas rasa masih pada porsinya dan tertata baik disetiap lacinya, tak usah kau lara hati -- wahai pemilik rasa.

Karena ruang hati terlampau lapang. Ia cukup sabar dan setia menyimpul kenangan. Meski kenangan itu berujung gerimis ataupun hujan air mata. Meski kenangan itu hanyalah riak-an kekesalan semata, ataukah umpatan tsunami yang penuh gelombang amarah -- berujung penyesalan panjang. Meskipun kenangan itu hanyalah lelucon garing nan nyaring, atau bahkan sesenggukkan sumbang yang membawa serak parau, bergetar bibir, tertampar pengkhianatan, terendam kecewa dan berakhir tenggelam di dasar lautan dendam yang paling dalam.
 
Di ruang hati, setiap rasa yang terpagut emosi terdeskripsikan dengan gamblangnya -- tak kenal basa basi. Ruang hati tak butuh filtrasi. Tak kenal apa itu editing? -- karena hidup memang terpancar dari situ, yang manis akan tetap manis dan yang pahit tetaplah ia pahit. 

Dan ajaibnya lagi, tumpukan rasa itu bisa tumbuh sporadis -- sewaktu-waktu. Tentu saja, jika pemilik rasa mengizinkan itu terjadi. 

Betapa rumit kinerja hati!

Sebegitu egoiskah pemilik rasa mempermainkan hati? Membolak-balik emosi tanpa permisi, dan menyisakan hati melangkah sendiri? -- memikul rasa... melipat rasa... menyimpan rasa... -- sampai semuanya tersusun rapi, disetiap laci ruang hati.

Tak sayangkah kamu akan hati, wahai pemilik rasa? Bilamana ia lelah -- habis daya dan kelu lidah, untuk sekedar berkeluh kesah. Masihkah kau terus menggerus habis energinya hanya demi sebuah kata "galau"?

Adakah egomu melampaui emosi? -- Melesat sedetik dan berakhir sesal seabad?

Tegakah engkau -- biarkan hati bertaruh sendiri tanpa sematkan secuil logika?? 

Galau -- masih relevankah itu dihidupmu??

______________________
🌏 Ende - 08/04/2020
⏳08.35 WITA 

Komentar

Postingan Populer