Coffee cupping test with Gayo Cupper team (GCT) in Detusoko-Ende
Hi, sobat Anak Kampung! Kali
ini saya akan membagikan satu pengalaman menarik mendampingi petani muda di 3 desa
dampingan LWR (Lutheran World Relief) yang mengikuti coffee cupping test
bersama tim GCT (Gayo Cupper Team) dari Aceh. Pelatihan ini dilakukan di Aula Susteran
CIJ Detusoko Kecamatan Detusoko yang berlangsung dari 09 – 10 April 2018.
Jumlah para peserta cupping training yaitu 24 orang, yang merupakan perwakilan
dari petani kopi muda yang peduli dengan komoditi kopi dan pengelolaan cafe
kopi.
Bagi saya, ini merupakan
suatu hal yang WOW sekaligus membanggakan bisa belajar tentang kopi, cara
menguji kualitas kopi dan pastinya semakin menambah pengetahuan akan kopi.
Penasaran bagaimana proses cuppingnya? So, jangan lewatkan tulisan ini. Let’s
read it completely!
The fact of
coffee story
Well, sobat Anak Kampung.
Sebelum kita mengetahui tentang cupping, ada baiknya kita mengetahui sejarah
atau perjalanan perkembangan kopi serta fakta apa saja tentang kopi sebagaimana
dikutip dari Wikipedia.
· 1000 SM: saudagar Arab membawa masuk biji kopi ke
daerah Timur Tengah dan membudidayakannya untuk pertama kalinya dalam sejarah.
· 1453: Ottoman Turki memperkenalkan minuman kopi di
Konstantinopel. Disana dibuka kedai kopi pertama di dunia bernama Kiva Han pada tahun 1475.
· 1511: kopi dianggap minuman suci oleh Sultan Mekah
sebagai tindak lanjut dari aksi Khait Beg yang ingin melarang peredaran kopi.
· 1600: Paus Clemen VIII mengizinkan umat Kristiani
untuk meminum kopi setelah timbul berbagai perdebatan karena minuman ini
berasal dari imperium Ottoman. Pada tahun yang sama, minuman kopi masuk Italia.
· 1607: Kapten John Smith memperkenalkan minuman kopi di
Amerika Utara saat bertugas untuk menemukan koloni Virginia di Jamestown.
· 1645: kedai kopi pertama di Italia dibuka.
· 1652: kedai kopi pertama di Inggris dibuka dan segera
menjamur ke berbagai pelosok di setiap daerah.
· 1668: Bir tergantikan oleh kopi sebagai minuman
terfavorit di New York.
· 1672: kedai kopi pertama di Paris dibuka.
· 1675: Franz Georg Kolschitzky menemukan biji kopi dan
mengklaimnya sebagai hadiahnya saat terjadi perang di Viena. Setelah itu, ia membuka kedai kopi di Eropa Tengah dan menjual minuman kopi yang telah disaring, diberi pemanis, dan susu.
· 1690: Bangsa Belanda mulai mendistribusikan dan
membudidayakan biji kopi secara komersial di Ceylon dan Jawa.
· 2015: International Coffee Day dicanangkan pada tanggal
1 Oktober 2015.
Varietas
Kopi
Nah sobat Anak Kampung, di Indonesia pada
umumnya dibudidayakan 2 jenis varietas kopi yaitu Arabika dan Robusta. Kedua
varietas ini memiliki ciri dan karakteristik masing-masing yang dipengaruhi oleh wilayah tumbuhnya. Karakteristik dan ciri tersebut
akan sangat nampak dalam aroma, rasa dan tingkat keasamannya.
Kopi arabika merupakan
jenis kopi yang paling disukai karena rasanya dinilai paling baik. Jenis kopi
ini biasanya tumbuh pada ketinggian 1000 – 2100 meter dpl. Arabika juga bisa
tumbuh baik pada ketinggian diatas 800 meter dpl namun akan sangat rentan
terhadap serangan hama dan penyakit.
Kopi Robusta lebih
toleran terhadap ketinggian lahan budidaya. Jenis kopi ini tumbuh baik pada
ketinggian 400 – 800 meter dpl, dengan suhu 21 – 240 C. Budidaya
kopi robusta sangat cocok dilakukan di dataran rendah. Varietas ini menjadi
alternatif terbaik di dataran rendah.
Tentang
GCT (Gayo Cupper Team)
GCT merupakan organisasi yang
beranggotakan para pecinta dan penguji cita rasa kopi yang profesional
(Cupper). GCT sangat berdedikasi tinggi terhadap perkopian Indonesia bahkan
dunia, khususnya dalam Cita rasa kopi arabika Gayo, Aceh. Terbentuk pada
tanggal 30 Januari 2012, GCT berbadan hukum dengan No. W1.D1.HT.04.10.33. Adapun
sekarang, GCT beranggotakan 10 anggota aktif. Pada Cupping Training saya
berkesempatan bertemu langsung dengan para cupper yang merupakan Fasilitator,
yaitu Pak Mahdi Usati (ketua) dengan Lisence Q Grader, Pak Aryadi (Sekretaris)
dengan Lisence Cupper, dan Mas Bambang (Anggota) yang juga berlisence seorang
cupper muda. GCT dibentuk dengan visi menjaga kualitas kopi arabika Gayo sebagai
warisan kepada dunia.
Menurut Mahdi, ”Peran Cupper
di dalam rantai produksi arabika sangat menentukan karena dilidah dan penciuman
para cupper yang terlatihlah, akan terasa dan sangat sensitive terhadap rasa
dan penciuman, sehingga tingkat mutu dan kualitas kopi dapat digambarkan secara
detail dan jelas; termasuk menentukan mana karakter kopi yang positif atau
negatif beserta alasannya”.
Mahdi dalam training ini juga
menjelaskan tentang filosofi 5 Jari bagi
seorang cupper professional (Q Grader). Jari kelingking menggambarkan
seorang Petani. Petanilah yang bertugas dan bertanggung jawab dalam mencari dan
membudidayakan varietas kopi yang bagus. Dan sudah pasti, membudidayakan
varietas yang bagus tersebut harus dengan teknis yang bagus pula. Jari manis menggambarkan seorang
Processor, yaitu orang yang bertanggung jawab dalam memproses kopi (Penanganan
pasca panen sampai penanganan storage). Umumnya di NTT dan terkhusus kabupaten
Ende, para processornya adalah sang petani itu sendiri. Hal ini sangat berbeda
dengan teman-teman kita di Gayo, Aceh; yang biasanya sudah ada orang khusus
(processor) yang bertugas memetik buah, penanganan pasca panen, sampai dengan
teknik storage atau penyimpanannya. Jari Tengah menggambarkan tentang
seorang Roaster. Sebagai seorang Roaster harus mampu menjaga cita rasa kopinya
selama proses roasting berjalan. Jari Telunjuk menggambarkan tentang
seorang Barista, yang harus paham betul tentang teknik penyajian kopi sesuai
permintaan dan kebutuhan konsumennya. Dan terakhir, Jari Jempol yang menggambarkan
seorang customer. Seorang peminum kopi yang ideal adalah Penikmat yang
seharusnya mampu menilai kualitas kopi yang diminumnya. Filosofi 5 Jari ini
memberikan pemahaman kepada kita bahwa menjadi seorang cupper professional (Q
Grader) adalah sebuah pencapaian dalam kelas yang lebih tinggi dari ke-5 Pelaku
tadi. Suatu proses Cupping oleh seorang cupper yang professional merupakan
aktivitas rangkuman dari ke-5 jari tersebut. Ia harus paham sebagai seorang
petani, Processor, Roaster, Barista dan tentunya Penikmat untuk finalisasi
penilaian. Menjadi Cupper adalah penting untuk mengetahui, paham dan menjadi
pelaku ke-5 orang tersebut.
Satu pernyataan menarik dari
pak Mahdi yang saya kutip “Kopi yang baik bukan dihasilkan dari pohon kopi yang
baik, tetapi kopi yang baik adalah kopi yang dihasilkan dari pengolahan kopi
yang baik”. 😊
Coffee Cupping
Test
Ok sobat semua, sebelum menjelaskan tentang
apa itu Cupping test? saya akan tunjukkan beberapa alat dan bahan yang
berkaitan dengan cupping. Here they are…
DokPri. Gelas cupping |
DokPri. Sendok cupping |
DokPri. Roaster kopi |
DokPri. Grinder kopi |
DokPri. Sample uji kopi (tampak kopi setelah roasting) |
Apa
itu coffee cupping?
Mungkin sebagian Sobat Anak Kampung atau
masyarakat yang bukan ahli kopi belum terbiasa dengan istilah ini. Coffee
cupping adalah kegiatan untuk menguji atau menilai kualitas kopi. Menurut Ted
Lingle (SCAA), cupping adalah metode sistematik dalam mengevaluasi
karakteristik aroma dan rasa sample uji kopi. Cupping merupakan suatu seri
tahapan yang berakhir dengan evaluasi sensorik menggunakan olfaksi, gustasi dan
sensasi didalam rongga mulut (mouth feel).
Tahapan
Cupping
Sobat Anak kampung dan coffee
lover, berikut ini beberapa foto tahapan kegiatan cupping yang dilakukan oleh
para pemuda petani kopi dampingan LWR yang di mentoring oleh GCT, dan saya
sharingkan buat kalian semua.
1. Sebelum kopi
diseduh
Langkah awal
ini, para Cupper menyiapkan biji kopi yang telah di roasting secukupnya dan
ditimbang sebanyak 8,25 gram kedalam masing-masing gelas uji.
DokPri. Kopi siap untuk digiling |
Masih
dilakukan oleh para cupper, biji kopi yang telah diroasting kemudian digiling
menggunakan grinder dengan ukuran 20 mess. Hasil gilingan setiap sample uji,
masing masing dimasukkan kembali ke dalam gelas uji, dan tak lupa ditutup
dengan penutup gelasnya. Maksud dengan ditutupnya gelas sample bubuk uji kopi
itu adalah untuk tetap mempertahankan kualitas aroma dari kopi tersebut, sobat!
DokPri. Proses grinding kopi |
DokPri. Bubuk kopi siap cupping |
Nah, sobat
anak kampung! Ditahapan ini, para peserta (saya pun, heheh..) turut melakukan
pembekaman gelas uji kopi. Proses pembekaman atau pembauan ini untuk
mendapatkan aroma kopi sebelum diseduh. Jadi, Sobat.. dilangkah ini kopi
sendiri sudah mengeluarkan aromanya secara alami. Kita sudah bisa langsung
mengendus aroma serbuk kopinya dan memberikan penilaian awal, seperti pada
gambar berikut dibawah ini.
DokPri. Peserta sedang melakukan proses bekam (uji aroma kopi) |
DokPri. Saat saya ikutan nimbrung proses cupping test |
2. Sesudah kopi
diseduh
Setelah kopi
diseduh dengan 150 ml air panas 930C, dibiarkan selama 4 menit tanpa
boleh diaduk. Hal ini bertujuan agar kopi terserap secara sempurna.
DokPri. Saat kopi diseduh |
DokPri. Tampak kopi setelah diseduh |
Hasil
seduhan akan terlihat seperti pada gambar diatas, bubuk kopi akan terpisah
dengan air kopinya dan naik mengapung kepermukaan gelas. Pada tahapan ini,
sobat semua sudah dapat mendekatkan hidung ke gelas uji sample, sambil
menggerakkan tangan seperti mengibas pada permukaan gelas yang menguap, kita
mencoba menghirup aroma kopi dan bisa memulai penilaian.
DokPri. Uji aroma kopi setelah penyeduhan |
Setelah
tahapan penilaian aroma di empat menit pertama dilakukan, tahapan berikutnya
adalah mengaduk permukaan larutan kopi sambil tetap menghirup aroma kopi dengan
terus mendekatkan hidung ke gelas uji. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
aroma kopi untuk kedua kalinya. Selanjutnya, kita boleh membersihkan buih pada
permukaan larutan dengan menggunakan 2 sendok cupping.
Apabila suhu
larutan kopi telah mencapai 70-730C, maka tahapan berikutnya adalah
kita sudah dapat menyeruput dan kopi sudah siap di analisis atau dinilai.
DokPri. Peserta sedang melakukan uji cita rasa kopi |
DokPri. Para peserta sedang melakukan uji cita rasa kopi |
DokPri. Peserta sedang melakukan uji cita rasa kopi |
Pada tahapan
ini saya merasakan hal yang paling luar biasa berbeda sekaligus menarik.
Menyeruput kopi dalam cupping test ternyata memiliki teknik yang khas. Dengan
menggunakan sendok, kita ambil seduhan kopi secukupnya dan seruputlah dengan
cepat dan kuat ke dalam rongga mulut sampai berbunyi Sluuuuuuuuurrrppp!!
(hehehe, awas sendoknya ketelen yah :D). Pastikan sobat semua berhati-hati jika
ingin mempraktekkan teknik ini ya, jangan sampai tersedak.
Menyeruput akan
merasakan sensasi yang berbeda. Saat cairan kopi memasuki rongga mulut, rasakan
dan nilailah kopi secara keseluruhan, yang meliputi beberapa aspek penilaian
sebagai berikut: fragrance (aroma), flavour (rasa), aftertest (rasa yang
tertinggal pada rongga mulut), acidity (tingkat keasaman), body (ketebalan
rasa), balance (keseimbangan rasa), clean up (kebersihan rasa), uniformity
(keseragaman rasa), sweetness (tingkat kemanisan), overall (penilaian
keseluruhan: biasanya merupakan hak prerogratif cupper), dan defect jika ada
(ada bau-bauan seperti musty, grassy, dll).
DokPri. Cupping test Form |
Karakter Kopi
Nah, sobat Anak Kampung! Setelah
pengujian diatas (cupping test/uji sensori dan organoleptic), para peserta
cupping dan saya pun (yang nimbrung ikutan cupping, hihi..) dapat menyimpulkan
bahwa masing-masing kopi memiliki cita rasa yang berbeda-beda. Hal ini
bergantung pada spesies atau varietas kopinya, ketinggian tempat tanam dan
processingnya. Dan berikut ini beberapa karakter kopi yang diuji saat cupping
bersama GCT di hari pertama training:
1.
Sample A: Robusta
Spesies: Robusta
Karakter: aroma seperti rumput kering/jerami/ilalang, berasa
kacang-kacangan dan tembakau.
2.
Sample B: Peaberry
Spesies: Arabica
Karakter: beraroma Floral/bunga-bungaan, berasa creamy, chocolate,
kacang-kacangan/nutty, dan fruity (buah-buahan).
3.
Sample C: Kawa Ganggang
Spesies: Arabica
Karakter: beraroma pisang muda, asap/smoky, berasa sedikit pisang,
dan nutty.
4.
Sample D: Dataran Rendah
Spesies: Arabica
Karakter: beraroma serangga atau hama/insect, harsh, grassy, dan
berasa seperti obat/medicine dan manis.
5.
Sample E: Maragojib (MJ)
Spesies: Arabica
Karakter:
beraoma rempah/spicy, roti bakar dan berasa nutty.
Dari kelima
sample uji diatas, ternyata yang menjadi sample favorite kebanyakan peserta dan
yang merupakan hasil pengujian terbaik adalah sample B (Peaberry) dan sample E
(Maragojib). So pasti ini juga sesuai dengan hasil pengujian saya dalam
lembaran GCT cupping form (very subjective I think), tapi para expert (GCT) pun
menilainya secara sama. So, Horeeee..I got it! (heheh, sombong).
Naaah, sobat Anak
Kampung, ini ulasan singkat tentang pengalaman cupping pertama saya. Semoga
membantu sobat semua dalam mengenal, mengetahui, dan membandingkan kualitas
kopi (termasuk karakter kopi) ditempatmu. Dan, the last but not least, saya
punya sedikit tips buat sobat yang ingin menguji kopi secara mandiri tapi
professional dan juga bisa mendapatkan hasil pengujian yang maksimal:
· Sering-seringlah
sobat mencoba atau meminum kopi yang enak (berkualitas), dan dimulailah dengan
meminum kopi racikkan kita sendiri.
· Sering-seringlah
sobat untuk melakukan cupping test pribadi dan belajarlah menjadi penikmat kopi
dan bukan peminumnya saja.
DokPri. Foto bersama para peserta coffee cupping training, Cuppers dan LWR team |
DokPri. Foto bersama GCT |
Dan, well guys.
Semoga kita tidak sekedar melakukan cupping hanya untuk berkutat seputar NILAI
(jumlah poin/final point hasil uji cupping) tapi kita harus paham dan mengenal
KARAKTER kopinya. Karena Karakter kopinyalah yang menjadi paling utama. Karena
tidak semua hasil pengujian/final point menunjukkan karakter suatu kopi, tapi
karakter suatu kopi yang khas akan sangat mempengaruhi final pointnya. So,
that’s all. Selamat mencoba ya para coffee lover. Salam Anak Kampung!
Komentar
Posting Komentar