Anak Kampung dan Hari Buku Nasional
Tanggal 17 Mei peringatan hari Buku Nasional. Hari yang semestinya menjadikan semua anak bangsa dekat dengan kegiatan literasi. Namun sayangnya kebanyakan anak-anak Indonesia belum benar-benar menjadikan Buku sebagai bahan bacaan atau sumber pengetahuan. Rendahnya minat membaca ini tidak saja di alami oleh anak-anak di area perkotaan yang notabenenya telah tersedia sarana dan prasarana atau fasilitas membaca yang lengkap, namun juga anak-anak di daerah pedesaan atau pelosok. Bagi anak-anak pedesaan, Perayaan Hari Buku tidak ada bedanya dengan hari-hari biasanya. Bahkan ketika ditanya apakah mereka mengetahui tentang adanya pemberlakuan hari Buku Nasional oleh pemerintah, anak desa pada kebingungan atau dengan kata lain TIDAK TAHU (Ironis bukan, hehehehehe....). Hal ini menjadi masalah yang menarik untuk kita bahas pada hari buku nasional.
Fakta bahwa mereka tidak mengetahui tentang adanya pemberlakuan Hari Buku menunjukan beberapa hal: pertama, anak-anak di pedesaan atau pelosok kekurangan akan buku bacaan. Kekurangan buku dimungkinkan akibat sulitnya pendistribusian buku ke berbagai pelosok negeri. Selain karena wilayah Indonesia yang begitu luas juga karena Indonesia merupakan wilayah kepulauan. Pembangunan infrastruktur di desa yang belum merata juga menambah faktor kesulitan mendistribusikan buku bagi anak-anak di pelosok. Hal tersebutlah yang menyebabkan anak-anak desa tidak mendapatkan akses untuk bisa memaca buku. kedua, minat membaca anak-anak desa masih rendah. Minat baca ini berkaitan erat dengan faktor ketersediaan buku dan juga jenis bacaan yang terbatas. Dorongan untuk membaca sangat kurang dari lingkungan pergaulan sehari-hari mereka baik itu di sekolah maupun di rumah. Hal ini ditunjukkan dengan kebiasaan masyarakat desa yang telah membudaya yaitu anak-anak pedesaan diwajibkan untuk membantu orangtua mereka bekerja diladang, bahkan anak-anak lebih disarankan untuk bekerja dari pada membaca. Ketiga, Dukungan dari Pemerintah dan Lembaga Swasta masih sangat kurang, kalaupun ada hal itu masih sebatas simbol belaka dan belum seutuhnya maksimal, seperti bangunan gedung perpustakaan di desa dengan buku yang terbatas dan bahkan tidak terawat.
Persoalan diatas tentu saja tidak urgen lagi pada Hari Buku Nasional. Untuk itu perlu ada langkah konkret dari semua pencinta literasi Indonesia sebagai upaya mengisi hari buku dan mencerdaskan anak bangsa, yaitu: Perlu membangun kesadaran akan pentingnya literasi bagi masyarakat desa oleh semua pihak. Membangun pemahaman bertujuan untuk menciptakan anak-anak desa yang sadar literasi yaitu mendorong budaya membaca, dimana budaya membaca ini dapat diperoleh dari kebiasaan membaca. Untuk mendukung kebiasaan membaca, diperlukan ketersedian buku atau bahan bacaan. Dengan demikian masyarakat di pedesaan khususnya anak-anak dapat sadar akan literasi dan berkesempatan untuk mengakses buku dan sarana peningkatan literasi di desa.
Komentar
Posting Komentar