Cinta
(Dokpri: Foto ini diambil sesaat sebelum saya dijemput pulang oleh kekasih hati, setelah ia mengantar si kecil Cinta bertemu tuannya yang baru)
#Cinta
Cintaku terpesona menyambut gelak tawa si biru
Cintaku berpacu dalam konstannya beriak, terpana dengan frekuensinya yang tanpa batas
Bergelayut dalam riak, cintaku pun meraup sejuta pasir
Bergulir tiada henti, cintaku kerap mondar mandir
Cintaku berteriak menjawab sang riak, histeris akan kebebasan sesaat.
24 Juni 2017
15.00 WITA
Tepi Pantai Nanganesa, Ende
*Behind the story of poem:
Ada kisah dibalik untaian kata diatas. Ditulis sekian tahun yang lalu, ditepi lautan, diatas batu karang. Ini adalah drama nyata tentang seekor anak anjing yang lucu, Cinta namanya.
Tertanggal 11 Juni 2017, kami bertemu. Cinta adalah hadiah terbaik di ulang tahunku. Ini menjadi lebih istimewa, karena ia dibawa dengan penuh cinta dari tempat yang jauh oleh kekasih hatiku.
Matanya bulat kecoklatan, bening merona. Telinganya jatuh menjuntai, bak anak kelinci yang lucu. Bulunya halus, coklat mengkilap. Melihatnya, aku seperti sedang jatuh cinta pada pandangan pertama. Teramat manis rupanya. Genap sebulan usianya kala itu.
Kehadiran Cinta seolah membuatku dejavu. Bagaimana tidak, ia mengingatkanku akan Rosie si anjing Jantan teman baikku (Rosie sudah tiada. Ia telah meninggal dengan menanggalkan banyak jasa di penghujung masa kuliahku dulu, kupang-2013). Aku sudah membayangkan bahagianya Cinta akan hidup bersamaku, menjadi teman baik layaknya Rosie. Dan benar, kami langsung tinggal bersama, sesaat setelah perjumpaan pertama itu.
Namun, aku harus mengelus dada setelah hampir 10 hari menjalani hari bersama Cinta. Sang penjaga kos (saat itu aku memang sedang indekos) melarang aku memelihara anjing, dengan alasan yang tidak mengenakkan (cenderung enek 🤮 ) sekaligus aneh menurutku.
Aku dilarang memelihara anjing, karena pemilik kosannya adalah seorang non Kristiani. Disini aku tidak sedang menjudge segolongan keyakinan tertentu, tapi aku menyayangkan sikap oknum yang tidak memiliki pemahaman yang baik tentang Indonesia yang adalah sebuah "keanekaragaman" yang "satu". Sebagai pecinta binatang, tentu juga ini menjadi soal. Mengapa dalam satu indekos yang sama, seekor kucing dibolehkan tinggal sedangkan seekor anjing tak dibolehkan tinggal? Sedangkan kami adalah sesama penghuni kosan dengan hak yang sama, hanya saja dengan pilihan peliharaan yang berbeda? Aku shock saat itu! Aku hanya tak habis pikir, betapa beruntungnya Rosie yang hidup sekian tahun bersamaku, dan tinggal di indekos juga tanpa adanya drama yang enek seperti ini ?! 🤷
Aku pasrah pada akhirnya. Turut pada apa baiknya saja. Cari damai !!
Bisa saja aku protes, karena sebelumnya tidak ada aturan di indekos itu baik tertulis maupun lisan yang menjelaskan tentang tata tertib atau aturan berkaitan dengan jenis peliharaan hewan oleh penghuni kosan. Well, lagi-lagi Cari damai !!
Bukan tanpa usaha. Bolak balik aku berusaha sebisa dan sebaik mungkin mencari jalan tengah. Dari membeli rantai dan meraintai Cintaku yang malang, sampai membatasinya bermain hanya di area kamar kosanku. Tapi apa boleh dikata, Cinta tetap ditolak.
Ini seperti hari-hari buruk. 24 Juni 2017 adalah puncaknya. Sepanjang hari aku hanya bisa menangis. Aku terus mempersalahkan diri karena telah membiarkan Cinta harus hidup penuh penolakan ditempat tinggalku ini. Aku hanya terus menatap Cinta memikirkan, apa jadinya hidup si kecil ini nantinya? Aku menangis. Terisak-isaknya.
Disaat-saat kecemasan dan kemarahan itu berlangsung, kekasih hatiku menghampiri dan mencoba mendamaikan diriku sendiri dengan masalah ini. Disatu sisi aku harus tetap indekos disitu (faktor efisiensi waktu dan akses ke tempat kerja) dan disisi lain aku harus memikirkan jalan terbaik untuk kehidupan Cinta selanjutnya. Dan kami memutuskan, Cinta akan diadopsi oleh sahabat baik kami.
Sore itu, sebelum mengantarkan Cinta. Kami hendak mengajaknya bermain bersama. Ke tempat yang seluas-luasnya. Kami ingin bermain sepuasnya. Pantai, pilihan kami.
Seperti terlepas dari belenggu, Cinta lari berhamburan. Ekornya bergoyang kekanan kiri, girang! Ia berkejaran dengan ombak. Lari mondar mandir, sambil menggonggong. Terlihat kepiting kecil berjalan menyamping, gusar. Mungkin kaget lihat Cinta yang histeris. Cinta tidak peduli, bolak balik ia terus berguling di tumpukan pasir. Bulunya yang mengkilap, legam kasar bak kertas pasir. ia terus mengajakku bermain. Entah apa yang ia rasakan, atau pikirkan. Tidak taukah dia, hati ini hancur melihatnya? 😢
Tiba saatnya, aku mengulurkan tangan padanya. Memeluk Cintaku erat. Air mataku jatuh. "Maaf Cinta. Terima kasih sudah datang dan jadi hadiah yang manis walau sebentar. Baik-baik di tempat yang baru". Aku bergumam, dan ia meringkih. Entah apalagi artinya aku tak tahu. Aku galau hati. Serta merta aku serahkan Cinta kepangkuan kekasihku. Aku segera berbalik menatap hamparan laut. Tak ingin melihat mereka pergi.
Aku tidak turut mengantarkan Cinta bertemu tuannya yang baru. Aku lebih memilih tetap duduk di situ. Di tepi pantai, diatas batu karang, aku mencoba menenangkan diri. Melepas kalut dan sedih yang tidak tertahan. Setidaknya laut bisa meredam tangisanku, mungkin.
Dan jejak tapak kecilnya di pasir perlahan tersapu ayunan ombak, hilang terbawa buih. Tak berbekas, Cintaku telah pergi. 😢
Selamat jalan CINTA.
Ende, 14 Februari 2020
23.00 WITA
Dengan cinta mengingatmu kembali kala membaca puisi ini #Cinta
*Foto Cinta tidak satupun dapat saya temui di file. Mungkin saja terselip di file milik kekasih hati. Anytime, kalian bisa lihat si kecil Cinta yang lucu. I Will post it later.
Komentar
Posting Komentar